What’s Killing Newspapers?

More WebProNews Videos

Dunia persuratkabaran di Amerika Serikat yang sedang sekarang akibat gencetan krisis dan kekalahan dalam kecepatan penyampaian informasi membuat keprihatinan lembaga legislatif di sana. Seorang senator bahkan sudah mengajukan undang-undang agar surat kabar bisa tetap beroperasi sebagai lembaga non profit, tak melulu harus sebagai badan usaha.

Kabar itu tidak mengejutkan lagi. Beberapa koran di AS memang telah menghentikan edisi cetaknya dan hanya terbit dalam edisi online. Sebagian koran menyalahkan kehadiran internet sebagai biang dari kemunduran surat kabar, khususnya datangnya Google. Kondisi ini diperparah dengan krisis ekonomi yang tentu saja makin membuat pemilik surat kabar terjepit.

Kondisi di Indonesia agak berbeda. Di sini, geliat koran-koran menerbitkan edisi online lebih sebagai antisipasi dan kebutuhan untuk mencari ceruk pasar baru. Krisis ekonomi yang tak kunjung usai dan daya beli masyarakat yang rendah sudah sejak lama membuat surat kabar di Indonesia hidup dalam “keadaan darurat”. Keadaan ini sudah terjadi sejak era kolonial yang membuat surat kabar bisa sewaktu-waktu dibreidel alias dimatikan. Lantas ketika kebebasan pers di negeri ini terjadi akibat reformasi euforia reformasi di Indonesia yang melahirkan ribuan koran, tabloid, dan majalah, kehidupan pers tetap saja dalam kondisi darurat karena krisis ekonomi dan daya beli masyarakat yang masih rendah. Lihatlah berapa banyak koran yang terbit kemudian gulung tikar, begitu juga majalah, radio dan televisi. Kalau beruntung ada investor baru, mereka akan melanjutkannya tetapi dengan merek baru yang sama sekali lain dari merek sebelummnya.
Kini saat internet makin mudah didapatkan, makin murah diakses, dan saluran informasi bisa diperoleh dari segala penjuru, koran dihadapkan pada persoalan aktualitas berita. Meski begitu, toh tetap saja ada koran dan majalah yang bertahan hidup. Hanya saja kalau krisis sudah demikian parah, apakah akan muncul peraturan pemerintah atau undang-undang yang mirip-mirip dengan situasi di AS sana? Saya kok tidak yakin, apalagi di Indonesia koran terbit kemudian tidak terbit adalah hal biasa. Wong hari ini salah, besok jadi benar juga sudah lumrah….